Pengalaman awal: Saya sangat mudah tersinggung dan gampang sekali marah kepada siapapun yang menurut saya melukai perasaan dan ego saya. Terutama hubungan dengan mama saya sangatlah buruk. Setiap hari tiada hari tanpa pertengkaran. Ditambah saya selalu mimpi buruk dan cemas berlebihan untuk hal-hal kecil akibat trauma yang saya alami. Trauma akibat pelecehan dan diterror oleh sang pelaku yang terus mengikuti akun media sosial saya bahkan sampai menghubungi bos saya dan terus menerus membuat akun fake untuk follow dan direct message kepada saya. Sampai di titik saya akhirnya sudah ingin mengakhiri hidup saya, tapi akhirnya saya bisa menepis pisau yang sudah saya pegang dan saya menangis sekencang-kencangnya. Dan beberapa hari setelahnya saya melihat salah satu selebgram yang bercerita bahwa dia konseling di klinik Perhati Dan saya langsung follow akun @perhati.id Saya sangat percaya kepada takdir baik,bahwa suatu saat akan mengizinkan saya untuk bisa konseling di Perhati. Dan benar saja 2 hari setelah saya follow akun instagram Perhati. Ternyata Perhati sedang mencari Partisipant dan saya memberanikan diri untuk mendaftar dan saya bersyukur saya akhirnya bisa konseling di Perhati. Saat menjalani Proses: Proses brainspotting sangat cocok untuk saya melatih pernafasan, untuk mengingat bahwa bernafas itu penting dan melatih fokus saya, yang selama ini saya kurang perhatikan bahwa sangat penting. Saya senang sekali selama 210 hari bisa berproses dengan Perhati melakukan konseling dan brainspotting bersama Ibu Marian Foo yang sangat Baik. Setelah Proses: Saya jadi mengerti arti Boundaries yang sesungguhnya. Saya jadi bisa berani menerapkan boundaries dan tidak menjadi people pleaser lagi. Saya tau bahwa diri saya berharga, Bahwa saya pantas mendapatkan yang terbaik. Hubungan relasi dengan mama perlahan-lahan membaik. Sampai akhirnya saya bisa menyayangi mama saya tanpa “tapi” dan tanpa menyalahkan lagi, karena setiap orang tua adalah manusia juga. Dan saya justru sekarang bisa kangen dan rindu sama mama buat bertemu terus, dan berani mengafeksikan diri dengan peluk dan cium tangan mama yang dulu saya tidak pernah lakukan. Dan yang terpenting saya bisa berani mengcut off orang-orang yang berpola sama dengan laki-laki yang dulu pernah melecehkan saya. Sehingga saya bisa menjaga diri saya agar tidak terkena pelecehan lagi dan terjebak dihubungan yang toxic karena saya tidak punya boundaries sebelumnya. Saya paham bahwa ada hal yang bisa saya kontrol dan ada juga hal-hal yang tidak bisa saya kontrol. Dan saya bisa berdamai dengan keduanya. Terima kasih Perhati dan Ibu Mariana Foo atas kebaikannya, serta kak Angel yang selalu sigap dan sabar membalas pesan saya diawal-awal saya masih pergulatan batin 💚😀🙏🏻 FE
Proses menopause & masa pandemi membuat saya mengalami kecemasan & ketakutan yang berlebihan. Saya hanya tidur 1-2 jam setiap hari. Karena hal ini, maka saya cari bantuan psikiater, dengan bantuan obat saya bisa tidur tapi bangun terasa berat, tenang tapi terasa kosong, hati galau & sedih. Sampai saya bertemu konselor yg tepat (Dr. Mariana Foo) sebagai teman curhat yang nyaman & terpecaya, semua masalah termasuk hal yang paling rahasia dapat saya ceritakan tanpa kawatir akan digossipin & dihakimin. Therapy ini membuat saya menemukan jalan keluar dari masalah yang sebenarnya bukan masalah, saya bisa berpikir positif maka saya akan dapat ketenangan dan suka cita tanpa harus bergantung pada obat. Selain itu, saya juga menjalankan SANDPLAY THERAPY membuat saya lebih bisa kontrol anxiety, emotion & overthinking. Sekarang saya sudah dapat tidur nyenyak dengan kehidupan yang lebih nyaman. -BS
Saya merasa sangat aman dan nyaman selama mengikuti workshop CPSS 2021. Kehadiran Ibu Mariana dan Pak Michael, selaku fasilitator dan pemateri, mampu memberikan ruang aman bagi saya untuk bertumbuh selama workshop. Saya yang notabene orang baru dalam dunia kesehatan mental menjadi nyaman untuk terbuka dengan kondisi yang saya alami dan tidak ragu untuk mengajukan banyak pertanyaan. Ibu Mariana dan Pak Michael juga sangat supportif selama workshop, sehingga saya menjadi lebih percaya diri dengan kemampuan yang saya miliki. Materi workshop CPSS 2021 sangat jelas dan terstruktur dengan rapi. Dari materi yang diberikan saya mendapatkan banyak insight yang berguna untuk saya pakai dalam sesi konseling. Sebagai praktisi meditasi, materi CPSS juga membantu saya untuk menjelaskan secara ilmiah bahwa meditasi dan mindfulness dapat mendukung kesehatan jiwa seseorang. Workshop CPSS 2021 tidak hanya berisi materi namun juga praktik dengan beragam studi kasus. Porsi materi dan latihan praktik di workshop ini juga tersebar merata. Hal ini memberi saya pemahaman yang lebih luas atas aplikasi dari teknik dan materi terhadap praktik konseling yang saya lakukan. Semoga workshop CPSS dapat berlanjut setiap tahunnya dan semakin banyak pekerja kesehatan mental yang terbantu dengan adanya workshop ini. Terima kasih banyak dan sehat selalu Ibu Mariana dan Pak Michael. Sukses untuk Perhati dan Gading Konseling. Hormat saya, Bumi Hadyarti
Awalnya saya menyadari diri saya terlalu banyak masalah yang akhirnya membuat saya tak sanggup berfikir lagi. Nangis, sedih, mood naik turun, takut dan cemas yang berlebihan, selalu kepikiran masa lalu membuat saya sadar saya butuh pertolongan. Konselor membimbing saya dengan penuh kesabaran melalui proses konseling dan sandplay therapy, saya akhirnya dapat menerima diri dan berdamai dengan masa lalu saya. Saya menjadi pribadi yang lebih bahagia dan bisa memandang sesuatu secara positif. Perubahan saya tidak hanya dirasakan saya sendiri tapi juga keluarga yang melihat perubahan besar saya. -TM
Before going through sandplay therapy, I was an individual struggling with anxiety, low self-esteem, has codependency issues and always wanted to be a people pleaser. After embarking on the therapy, I’ve developed inner peace and discovered my self worth. It has progressively built my confidence and changed the way I see myself. AJ
“I learn trust… through my journey in sandplay therapy” Saya seorang ibu dengan 2 orang anak laki-laki, yang berprofesi sebagai praktisi kesehatan mental. Dalam suatu supervisi pada September 2019, supervisor saya menemukan bahwa saya perlu mencari seorang profesional untuk menangani kecemasan dan trauma yang saya alami, dan sebaiknya di Jakarta. Beliau menganjurkan agar saya dapat menjalani proses terapi yang tidak dengan pendekatan kognitif namun terapi yang dapat menolong saya dapat menggali isu bawah sadar saya. Saya bingung harus mencari kemana, dan hanya bisa berdoa. Keesokan paginya saat saya bangun tidur, entah kenapa tiba-tiba satu nama yang muncul adalah Mariana Foo. Kemudian saya berusaha menghubungi ibu Mariana dan menceritakan pergumulan saya, terutama kejadian-kejadian dalam rumah tangga yang saya alami 3 tahun belakangan. Diluar dugaan saya, beliau ternyata sedang melakukan riset untuk isu PTSD (Post Traumatic Stress Disorder). Singkat cerita, melalui berbagai assessment, saya terdiagnosa PTSD. Ibu Mariana menganjurkan saya untuk menjalani 30 sesi Sandplay Therapy. Pada sesi-sesi awal sandplay therapy terasa cukup lelah karena ternyata begitu banyak hal yang terekpresikan dari masa lalu saya yang dimana selama ini terpendam dan tidak saya sadari telah meninggalkan banyak luka, kekecewaan, dan kemarahan dalam diri. Saya bahkan sulit mempercayai diri saya pada terapis saya (Ibu Mariana) pada awal-awal sesi, karena pengalaman hidup saya yang dipenuhi dengan gejolak isu mistrust. Namun melalui proses sandplay therapy satu-persatu dibukakan dan saya mulai memahami apa yang menjadi mental blocking yang menghambat perkembangan diri. Ibu Mariana menggunakan sandplay therapy dan secara integratif beliau menolong saya menyadari permasalahan saya dan perlahan-lahan saya mulai dapat menerima realita yang ada. Lebih daripada itu efek lain dari sandplay therapy juga membuka ruang pertumbuhan bagi saya. Saya mulai kembali lagi ke piano, memainkan repertoire-repertoire yang belum pernah saya mainkan sebelumnya. Saya lebih sering terjun ke dapur, mengasah keterampilan memasak & mencoba membuat makanan yang belum pernah saya buat sebelumnya. Sebab bagi saya, memasak seperti seni melukis yang dituangkan ke dalam bentuk rasa. Kemampuan menggambar saya pun mulai muncul kembali, yang sekian belas tahun hilang. Saya memiliki waktu lebih banyak membaca buku, terutama buku-buku yang berkaitan dengan mental health dimana banyak membantu proses healing & grow pada diri saya. Saat membaca pun saya menyadari, terjadi proses-proses pada fisik & metabolisme yang berkaitan dengan kecemasan & trauma. Saya seperti menemukan diri dan potensi saya kembali setelah sempat hilang selama fase pernikahan 11 tahun ini. Saya menemukan kebebasan berekspresi sesuai minat yang saya miliki. Saya juga menemukan kembali enjoyment dalam aktivitas yang saya lakukan. Saya bersyukur dipertemukan dengan ibu Mariana yang ternyata beliau akan menjadi bagian dari perubahan penting dalam hidup saya. Dan ketika saya teringat kembali tentang sandtray-sandtray saat sesi-sesi terapi, semua terangkai dengan jelas dan menyadarkan saya bahwa saya memang harus melalui berbagai proses ini. Membuat semuanya semakin make-sense dari apa yang Tuhan rencanakan di hidup saya dan proses healingyang saya alami melalui sandplay therapy. Disini saya menyadari adanya pertemuan (intersection) antara kesadaran spiritual & pemahaman kognitif yang saya alami melalui insight-insightdalam sesi sandplay therapy. Lebih dari itu, saya mengalami koreksi pengalaman emosi (Corrective Emotional Experience) yang saya pelajari melalui terapi ini yaitu percaya (Trust), yang tadinya saya hanya percaya pada Tuhan sebab sering dikecewakan oleh manusia, sampai pada akhirnya saya dapat mempercayai diri saya sendiri tanpa perlu merasa bersalah. Saya bersyukur pada Tuhan untuk semua yang telah terjadi dalam hidup saya. Gratitude!! I can’t say anything beyond my gratitude to True Source have been meeting you (Ibu Mariana) in this life. True Source answers my prayers. I thank you for EVERYTHING. God bless you abundantly. You are always in my thought and my heart. KT
Pertama kali datang terapi, perasaan saya agak kacau. Waktu itu saya sering tidur kurang nyenyak karena beberapa kalo bermimpi buruk (parasomnia), sampai-sampai saya terjatuh dari ranjang, dan baru sadar terbangun sudah dalam keadaan duduk di lantai agak jauh dari ranjang dengan kepala, lengan memar. Saya hanya ingat, bermimpi bertemu penjahat di dalam mobil yang sedang berjalan, lalu melarikan diri dengan melompat jauh, juga sering ‘mengingau’ ketakutan, kadang-kadang menjerit membuat orang-orang serumah terbangun. Saya sendiri tidak dapat mengingat apa yang terjadi, namun keluarga saya memberitahukan bahwa saya sering tidur dalam keadaan tidak tenang dan mengingau bahkan berteriak. Sejak itu saya tidur sekamar dengan mama, agar ada yang tahu dan mencegah mimpi burukku lebih lanjut. Waktu itu antara percaya dan tidak, saya menjalani sandplay therapy yang disarankan psikiater saya. Psikiater menganjurkan saya untuk mencoba sandplay therapy untuk menolong saya lebih tenang dan dapat lebih mengampuni orang lain. Selama ini saya telah menjalani medikasi dari psikiater bertahun-tahun karena terdiagnosa bipolar ringan dan gangguan tidur. Memang selama itu, tanpa sadar saya sering menaruh kedalam hati kata-kata dan tindakan orang-orang yang tidak mengenakan. Dalam proses terapi saya dibantu oleh Dr.Marina yang memberikan terapi dan membimbing saya. Perhalan-lahan saya sudah mulai bisa menerima perkataan/ tindakan orang-orang yang tidak mengenakan, dan kecemasan saya berkurang. Memang butuh waktu untuk bisa lebih percaya diri seperti sekarang. Saya mulai bisa mengerti sifat-sifat orang. Bisa memaafkan walau orang itu tidak merasa salah. Tidak bermimpi buruk lagi dan ngigonya juga jarang. Saya merasa terima kasih pada Dr. Mariana yang dengan sabar membimbing saya.
I have been fighting with my OCD and anxiety for many years. I don’t know exactly when it was started. Setiap hari saya merasa cemas, gelisah, dan sangat lambat. Saya sadar bahwa saya telah mengulang berkali-kali tindakan saya. Lalu saya mencoba melawan pikiran saya sendiri selama lebih dari 1 tahun. Tetapi saya tidak bisa menaklukkannya. Malah OCD saya bertambah parah. Sampai pada suatu saat, OCD tersebut mengganggu hampir semua kegiatan saya setiap harinya yaitu: selalu melakukan pengecekan berulang kali pada banyak hal, yang berdampak pada pekerjaan(tidak fokus dalam bekerja), mandi sampai 1 jam, gosok gigi 15 menit, berpakaian sangat lambat, dan masih banyak lagi. Sehingga dalam satu hari waktu saya habis hanya untuk itu semua, dan tidak bisa melakukan apa2 lagi. Ada pula efek yang terjadi pada tubuh saya jika sedang mengalami OCD seperti: suka sesak bernafas, jantung sering berdebar-debar, tangan sering berkeringat, dan lain-lain. Sempat terpikir hidup terasa tidak ada gunanya lagi. Tetapi saya beruntung memiliki istri yang sangat baik mendampingi saya dan mendukung saya untuk mengatasi masalah ini. Tidak ada orang yang megetahui hal ini selain istri saya. Orang tua saya pun tidak pernah mengetahui perjuangan saya setiap hari, setiap menit, dan setiap detiknya. Karena sulit untuk mengungkapkan itu kepada orang lain bahkan keluarga saya sendiri, karena ayah saya telah meninggal dunia, Ibu saya juga memiliki anxiety disorder, dan kakak saya memiliki schizophrenia. Dan mereka tidak dekat dengan saya. Jadi sulit bagi saya untuk sembuh tanpa bantuan dari pihak yang ahli dalam bidang ini seperti Dr. Mariana dan dr. Leonardi. Sampai suatu saat teman istri saya bercerita mengenai masalah dia yang pada akhirnya membawa dirinya ke Perhati dan bertemu dengan Dr. Mariana. Dengan treatment dengan perhati dia pun sekarang telah sembuh dari masalahnya. Lalu istri saya bercerita kepada saya, dan tidak berpikir panjang sayapun langsung bergegas mencari tahu apa itu perhati. Karena saya sudah tidak tahan dengan kehidupan saya yang tidak ada artinya lagi, yang membuat saya tidak dapat melakukan kegiatan apapun setiap harinya seperti orang lumpuh. Dengan saran dari teman istri saya, maka saya bertemu dengan Dr. Mariana yang cantik. Lalu saya menjalani banyak jenis terapi seperti: menggambar lingkaran, mewarnai topeng, dan yang terutama adalah metode sandplay therapy. Hari demi hari, sesi demi sesi saya lalui, sampai sekarang ini saya telah menjalani 54 sesi. Dan sekarang saya sudah semakin jauh dari OCD. Yang tadinya 90% OCD, sekarang sudah tinggal 20% OCD. Banyak perubahan yang saya rasakan pada setiap sesi pertemuan dengan Dr. Mariana, dari segi perasaan, emosi, dan kekuatan untuk melawan OCD saya. Dengan saran dari Dr. Mariana, sayapun menjalani medication dengan psikiatris dr. Leonardi. Dengan tujuan untuk membantu percepatan penyembuhan saya. Saya yakin sebentar lagi saya akan sembuh total, dan dapat 100% bebas dari OCD. Saya berterimakasih kepada semua yang telah membantu saya dalam masa penyembuhan saya yaitu: Klinik Perhati, dr. Leonardi, dan yang paling utama adalah Dr. Mariana. Semoga klinik perhati semakin berkembang untuk membantu orang-orang yang memerlukan treatment.
I have been battling with anxiety for so long to the point that I have difficulties remembering Hari-hari saya selalu diliputi dengan perasaan takut, cemas, gelisah. Apa yang ditakutkan? Semua perasaan ini tentunya saya pendam, tak sampai lima jari jumlah orang yang Sampai suatu ketika, melalui Instagram saya melihat bahwa ada seorang peneliti yang Di ruangannya yang kecil dan hangat, Ibu Mariana mulai menjelaskan mengenai apa itu “Saya ingin membantu perempuan muda Indonesia untuk terbebas dari anxiety, karena Ibu- Malam itu saya bilang pada diri saya sendiri, saya percaya pada Ibu Mariana. Saya akan ikuti Pertemuan demi pertemuan sandplay therapy saya lalui, banyak diantaranya yang dimulai
Perlahan-lahan semuanya menjadi jelas, seperti puzzle yang semakin lama semakin jelas Saya selalu menganalogikan 30 pertemuan dengan Ibu Mariana dan sandplay therapy seperti Sekarang, hati saya ringan, apa yang saya inginkan rasanya tak lagi mustahil dan anxiety Dari gadis perempuan yang menemukan diri,
“Saya mengalami gangguan kecemasan selama 8-10 tahun. Pada awalnya, saya mengonsumsi obat dari psikiater, tetapi gejala kecemasan yang saya alami pun masih sama saja, tidak ada perubahan. Kemudian, psikiater pun menyarankan saya untuk pergi ke Perhati bertemu dengan ibu Mariana. Awalnya, saya merasa sangat cemas dan memiliki banyak pikiran yang negatif. Saya tidak dapat mengontrol pikiran negatif tersebut. Saya cenderung mengulang hal-hal yang sama seperti kaset rusak. Saya selalu merasa tidak percaya diri dan takut membuat keputusan. Awalnya, saya juga merasa bingung apakah sebenarnya terapi dengan hanya memainkan pasir saja (sandplay therapy) bisa menyembuhkan saya. Setelah beberapa kali sesi, saya pun merasa lebih baik. Saya sering diberikan tugas oleh ibu Mariana yang terkesan sepele, seperti menggambar lingkaran dan mewarnai. Tetapi, tugas-tugas tersebut dapat membantu saya agar tidak merasa cemas. Setelah melakukan terapi beberapa kali, saya merasa kecemasan saya pun juga berkurang. Mungkin diawal tidak pernah terbayang oleh saya bahwa saya bisa seperti saat ini yaitu merasa diri sehat secara emosi, tenang dan mampu berpikir positif. Sekarang saya semakin bisa mengontrol kecemasan saya, saya mampu membuat keputusan tanpa ragu-ragu, mudah membuat keputusan, dan saya sudah bisa berpikir dengan positif .” LJP
“Empat macam bentuk kekerasan terhadap perempuan : kekerasan fisik, psikis, ekonomi, dan seksual”, sewaktu saya membaca tulisan tersebut saya teringat bahwa sekitar 14 tahun yang lalu, selama 11 tahun lamanya, saya pernah mengalami semua kekerasan ini. Diawali dengan saat saya menjalin hubungan dengan seorang pria, tanpa saya menyadari dia perlahan-lahan melakukan kekerasan psikis kepada saya, yang menjauhkan saya dari keluarga & teman-teman dekat, dan ditarik masuk ke dalam kerajaannya, menjadi hanya miliknya, sehingga dia bisa mengendalikan saya sepenuhnya, mempengaruhi pikiran saya dan membuatnya seakan-akan saya ini “bukan apa-apa” jika tidak bersama dia. Semakin lama kekerasan semakin berkembang yang awalnya psikis, menjadi fisik, seksual, dan akhirnya ekonomi. Saya menjadi tidak mempunyai jati diri lagi. Keluarga dan teman2 saya melihat saya begitu berbeda dan menghilang dari mereka. Saya memutuskan semua kontak dan komunikasi dengan orang2 terdekat saya. Sampai akhirnya saya memiliki anak dan anak-anak saya juga mengalami kekerasan secara fisik. Saya sudah seperti hampir gila mungkin saat itu, tidak tahu harus kemana dan bagaimana. Dan tidak tahu harus bicara dan minta pertolongan kepada siapa. Sampai akhirnya 4 tahun yang lalu, saya diam-diam mengunjungi kantor Perhati dan bertemu dengan Ibu Mariana, saya merasa ada yang tidak beres dengan diri saya, karena saya dilahirkan dari keluarga yang penuh kasih sayang, namun saya seringkali melakukan kekerasan juga terhadap anak saya, seperti yang pasangan saya sudah sering lakukan terhadap saya dan anak saya. Hingga puncaknya pada tahun 2015, saya mengalami sebuah kekerasan fisik yang sangat sadis dan dilakukan di depan umum dan di depan anak saya, namun tidak ada satu orangpun yang berani menolong saya saat itu. Saya merasa tidak berdaya saat itu, merasa putus asa, tidak ada harapan, seperti orang mau dibunuh, tidak ada pertolongan, yang ada hanya ketakutan, ketakutan, dan ketakutan terus menerus.
Singkat cerita saya mulai berkonsultasi lagi dengan Ibu Mariana, kemudian saya terbuka dengan keluarga saya menceritakan keadaan saya, saya dan anak-anak pergi dari rumah diam-diam. Keluarga saya benar-benar melindungi saya dan anak-anak saya saat itu. Selama proses pelarian itu saya menjalani therapy dengan Ibu Mariana, beliau selalu meyakinkan saya untuk terus menjalani proses therapy sampai dengan selesai. Saya sudah menjalani proses therapy sekitar 40x lebih, ada di saat tengah proses therapy saya rasanya ingin sekali berhenti, karena luka itu ketika dikorek kembali, terasa begitu menyakiiitkan. Namun Ibu Mariana terus meyakinkan saya. Sampai dengan akhirnya tahun 2017, setelah 2 tahun lamanya saya pergi dari pasangan saya, saya memberanikan diri untuk menemui dia dan mengajukan perpisahan. Dan saya berhasil bertemu dan menghadapi dia dengan berani, sehingga dia tidak lagi mengganggu saya dan anak-anak sama sekali. Saya percaya segala sesuatu tidak ada yang kebetulan, Tuhan mampu menolong saya melalui caraNya, dengan bertemu Ibu Mariana dan menjalan therapy saya bisa pulih dengan cepat. Saya bisa bekerja di perusahaan dengan karier yang bagus, membiayai anak-anak saya. Bahkan saya bisa menceritakan kisah hidup saya lalu tanpa tangisan, tapi justru tertawa. Setiap orang yang mendengar selalu berkomentar, “kamu sudah tidak ada kepahitan ya sepertinya, cerita bisa dengan tertawa”. Satu-satunya yang membuat saya berkaca-kaca saat menceritakan masa lalu saya adalah, karena saya terharu Tuhan telah begitu baik dalam hidup saya, Dia telah menyelamatkan hidup saya dan anak-anak, dan mempertemukan saya dengan Ibu Mariana. Semua orang di sekeliling saya melihat saya begitu berbeda. Anak-anak saya juga bertumbuh dengan sehat dan ceria. Saat ini saya menjalani hidup saya dengan lebih kuat, bahagia dan bersyukur , seperti tidak pernah terjadi hal yang buruk pada masa lalu saya. Namun itu pernah terjadi, dan saya berhasil melewati semuanya itu. Terimakasih Tuhan, terimakasih Bu Mariana & terimakasih untuk keluarga dan teman-teman saya yang selalu mensupport saya.
I was a person who was childish, moody, sensitive, stubborn and diagnosed by psychitarist with OCD & PTSD. When I first came here and met Ms Mariana, I see that she is such an angel figure, strong, confidence and, of course very smart. At first, I didn’t believe that I could be healed, but with every counseling and sandplay therapy session passed, I feel that deep down I am healing. Sandplay therapy helps me to get healed. Through the method of play and the 3D miniature, I told my story that i couldn’t verbalize. I could share and play with the sands without feeling being judged. Unconsciously, session by session… i went to become more aware of my intrapychic’s sconflict. It’s very wonderful that today I become a very different person in a very good way. I learned how to stand for myself, I understand how to love something or someone more than just myself. I become stronger, tougher, proud and confident of my self. I will always be thankful to God and both (Ms.Mariana & dr.Leo) that bringing me into the light. I’m beyond lucky to meet Ms.Mariana and dr.Leo for helping me and accompany me in my healing journey. Now, I will continue my life journey with my better self and become better and better every day. Thanks again, your contribution will always be remembered. WG
Saya percaya sandplay therapy ini adalah alat dari Tuhan Jesus utk merestorasi kerusakan dari karakter karna pengalaman yang tidak menyenangkan atau trauma-trauma masa lalu. Selama ini mungkin banyak orang percaya hanya percaya pemulihan Tuhan melalui kekuatan secara supranatural, namun saya mengalami cara Tuhan bekerja dalam pemulihan melalui sandplay therapy, dimana ini juga Tuhan turut bekerja untuk mendatangkan pemulihan pada saya dan anak saya. Sandplay therapy juga didukung dan dibuktikan melalui studi ilmiah (Foo, 2017). Melalui pengalaman saya dan anak saya yang telah menjalani therapy ini, dimana saya saat itu mengalami depresi dan seperti tidak ada jalan keluar. Saat itu saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Pengalaman melalui sandplay therapy menolong saya sedikit demi sedikit mengalami pemulihan. Demikian halnya dengan pengalaman anak saya yang menjalani proses terapi sandplay, juga mengalami pertumbuhan ego yang lebih sehat dan makin mengenal dirinya. Anak saya sekarang lebih mampumengemukakan perasaannya dan ketidaknyamanan maupun kemarahannya dengan cara yang lebih baik. Saya percaya ini adalah pemulihan bukan hanya pada psikologisnya namun pemulihan pada proses di dalam otaknya.
Saya mengenal Bu Ana dan Klinik Perhati sejak awal Januari 2018 melalui postingan di akun instagram @gethappy.id, sebuah komunitas yang berbagi informasi dan edukasi mengenai kesehatan mental. Postingan tersebut menjelaskan bahwa Klinik Perhati sedang mencari partisipan untuk riset Generalized Anxiety Disorder (GAD) dan mendapatkan penanganan berupa Psikoterapi Sandplay. Merasa kriteria yang disebutkan sesuai dengan diri saya, tanpa ragu saya pun langsung menghubungi contact person-nya. Saya merasa bagai orang kantuk disodori bantal, mendapatkan sesuatu yang diinginkan dan dibutuhkan. Pasalnya, saya merasa sangat kacau dan membutuhkan pertolongan saat itu. Saya begitu pencemas dan gelisah, mudah tersinggung, hingga susah mengontrol emosi. Hal ini pun membuat hubungan saya dengan keluarga, sahabat dan rekan sekerja menjadi berantakan. Sempat hal tersebut membuat saya terus mengisolasi diri di kamar dan berencana untuk resign. Pada pertengahan bulan Desember 2017, saya pun sudah mencoba memberanikan diri untuk konseling di Yayasan Pulih karena terus dihantui pikiran suicidal setiap kali merasa melakukan kesalahan karena kerap merasa tidak berharga. Saat itu saya didiagnosis depresi kronis dan diterapi dengan brainspotting satu kali sesi, namun ragu melanjutkan karena ditangani oleh psikolog laki-laki. Entah kenapa saya merasa sungkan jika bercerita kepada lawan jenis. Long story short, setelah diasesmen oleh Bu Ana dan terpilih jadi partisipan karena memenuhi kriteria GAD tingkat severe, saya pun fokus mengikuti terapi yang ditawarkan oleh Klinik Perhati. Sebagai partisipan kelompok kontrol, setelah menjalani MRS yang pertama, saya tidak langsung mendapat sandplay. Rasanya saat itu kondisi saya makin memburuk, dan terbukti di hasil MRS yang kedua yang dilaksanakan selang 45 hari pasca MRS pertama. Pada awal Maret 2018, akhirnya saya pun dapat menjalani sandplay yang pertama. Sempat merasa malas dan skeptis di awal mengetahui bahwa saya harus menempuh jarak 37 km sekali jalan dari Pondok Gede ke Pluit hanya untuk bermain pasir. Akan tetapi, hal tersebut kemudian saya nikmati seiring mengikuti sesi-sesi terapi berikutnya. Dari mendapat pertanyaan, “Bagaimana kabarmu?” dan diminta memilih satu kartu yang mewakili diri setiap mengawali sesinya, saya belajar untuk lebih memahami kondisi psikis dan fisik saya setiap harinya alih-alih hanya asal menjawab baik seperti yang biasa saya katakan. Saya pun sangat menikmati kegiatan sandplay karena bisa bercerita tentang apapun yang saya pikirkan dengan cara yang fun. Dan yang terpenting bagi saya dalam menjalani rangkaian terapi ini adalah kehadiran Bu Ana. Saya merasa benar-benar didengarkan oleh Bu Ana dan mendapatkan berbagai insight melalui obrolan kami. Terkadang Bu Ana juga memberi saya PR yang membantu saya untuk melakukan refleksi diri. Oleh karenanya, seiring dengan mengikuti 18 sesi sandplay ini pun saya berangsur membaik. Saya merasa lebih dapat meregulasi emosi, berpikir lebih positif dan belajar lebih menyayangi diri (termasuk berdamai dengan masa lalu) sehingga tidak mudah gelisah saat menghadapi masalah. EAS
” I was like Saul before, blind..led by people’s hand to God. Now my eyes are open wide, and can see the truth. I’m worthy and enough. My struggling with eating disorder for 10 years sembuh. Medication from psychiatrist that I took for 7 years is reduced..will keep going till none.” Berawal dari kondisi saya yang bulimia dan medikasi yang sudah 7 tahun saya minum. Saya sudah 10 tahun struggling with eating disorder dan OCD, pertama tama anorexia pada saya saya kelas 6 SD lalu orthorexia saat saya 1 SMA lalu bulimia saat saya di bangku kuliah. Saya juga pribadi yang tertutup dan tidak percaya diri juga cenderung kuatiran. Setelah saya menjalani sandplay therapy dan counseling dengan counselor/therapist saya di Perhati, hidup dan kepribadian saya berubah total. Sampai orang orang bertanya tanya dan pangling terhadap saya. Saya sudah menjadi pribadi yang sangat berbeda dan tidak lagi struggling with eating disorder. Saya lebih percaya diri dan menyayangi diri sendiri. Therapy ini juga memberikan harapan bagi saya yang sudah tidak peduli terhadap hidup untuk kembali memiliki harapan. Terimakasih banyak Bu Mariana.
Tidak ada yang terlambat dalam mempelajari sesuatu demi untuk mencapai sesuatu yang baik, kami baru menyadari kalau keluarga yang kami bangun selama ini banyak kekurangan dalam membina anak-anak kami sampai mereka sudah berkeluarga, ketika kami sampai merayakan hari pernikahan kami yang ke-40; Baru tahu kalau semua pasangan anak-anak kami pun selama ini tidak tahu harus bagaimana menghadapi anak-anak mereka yang sulit diatur, menghadapi sikap orang-tua yang selalu intervensi, disamping hubungan mereka diantara 4 bersaudara pun komunikasi kurang effective karena hanya dengan bahasa emosi; 22/12/2013 kami menemukan Perhati Counseling and Care Center, setelah beberapa kali kami dibimbing oleh professional Counselor Ibu Mariana, baru kami menyadari, rupanya sifat/sikap anak dan cucu kami hari ini semua adalah hasil dari “salah” tingkah dari kami sebagai orang-tua sampai kami sudah menjadi kakek/nenek, berpuluh tahun character kami mempengaruhi pertumbuhan anak-anak kami, sampai sekarang turun kepada cucu-cucu kami rupanya mereka adalah akibat/korban ketidak sempurnaan kami; Perlu menjadi catatan kami sekarang berumur 77 tahun, dan istri 65 tahun; 24/01/2014, hari ini untuk pertama kali kami berhasil mengantar 2 orang cucu putri kami, beberapa waktu kemudian barulah anak/menantu (papa-mama kedua cucu putri kami) juga sudah mau hadir. Belakangan disusul juga cucu lelaki kami(dari pasangan anak kami yang lain), total semua 3 orang cucu kami sekarang sudah tanpa disuruh, mereka sudah mau hadir sendiri pada jadwal yang sudah ditentukan. Bahkan mereka semua merasakan ada tempat yang layak mereka datangi sebagai orang luar yang mau peduli, mereka telah “berubah”, kami sebagai kakek/nenek hanya keep-watching and smile…..and happy.
Pada saat anak saya berumur 1.5 tahun anak saya masih belum bisa bicara dan setelah konsul ke beberapa dokter tumbuh kembang anak dan didiagnosa adanya speech delay dan dibutuhkan terapi namun hanya dapat bertahan 1 bulan karena jadwal terapi yang tidak kunjung bisa didapatkan. Bingung harus bagaimana? Saya sebagai orang tua akhirnya berpikir dengan memasukkan ke sekolah saja dengan harapan lancar bicara dan mudah bersosialisasi. Melihat perkembangan anak saya memang baik tetapi tidak efektif. Akhirnya ada seorang guru sekolah anak saya menawarkan screening di Perhati. Saya bawa anak saya dan hasilnya memang harus terapi speech delay. Berjalan beberapa bulan baru kelihatan hasil yang sangat signifikan baik sekali. Berjalannya waktu, ternyata emosi anak saya meningkat, akhirnya anak saya ikut Playtherapy. Sambil berjalan beberapa waktu, perubahan tumbuh kembang anak saya sangat baik secara emosional, komunikasi dan bersosialisasi. Saya sangat senang karena anak saya makin ceria, murah senyum, dapat berkomunikasi dengan baik dan mampu beradaptasi dengan cepat dan memiliki sosialisasi yang sangat baik sekali. Terapi di Perhati membantu dan memudahkan anak saya untuk memiliki tumbuh kembang yang sangat baik sekali, saya sebagai orang tua pun sangat terbantu dengan adanya banyak hal tentang tumbuh kembang anak. Di perhati, semua psikolog atau terapisnya sangat ramah bahkan kita dapat dengan mudah dan sangat terbantu seputar informasi banyak hal tentang tumbuh kembang anak. Pokoknya terapi di Perhati is the best. Thanks to all person in charge and therapist in Perhati for all the efforts and everything that helps us!
I have been playing sandplay for almost ten months since June 2016. I met Marina the psychotherapist that was recommended by my psychiatrist. Frankly, at the first time I came to PERHATI, I did not really believe that sandplay can help me. Keep questioning, how does it work ? just did not make sense to me at that time. By the time I had it routinely, once a week. What amazes me is how sandplay works in me ! What I cannot express verbally to my parents, even to Mariana and my psychiatrist but the sandplay does it! I’ve been suffering from insomnia since 2013, it does torture me and I get sick of it. In December 2016 I did not know what was happening, at that time I forgot to consume my anti-depressant and “some” sleeping pill. But, amazingly, I could sleep well at night without feeling nausea in the morning because of not consuming anti-depressant. I always pray and hope that someday, i can be free from these depression and insomnia. I think, this is the answer to my prayer. God used Mariana & my psychiatrist as my helpers. Without God I wouldn’t meet my psychiatrist who has been taking care of me since 2013 and without my psychiatrist I wouldn’t meet Mariana! Beside of praying to God, I must admit that sandplay set me free from medicines that I used to consume. With Mariana’s guidance and psychotherapy make me feel loved and have a courage to face the difficulties. -RG
Puji syukur kepada Tuhan yg mempertemukan saya dengan ibu Mariana. Saya seorang ibu berusia 50-an. Sebelumnya saya sering mengalami depresi dan kecemasan yang tidak terkendali. Hal ini membuat saya tidak punya Keinginan melakukan apa-apa, bahkan sering tidak ingin hidup lagi,kegelisahan yang teramat berat sering meliputi jiwa saya. Selalu merasa begitu menderita, dan perasaan takut,kuatir berlebihan dalam menghadapi hidup ini. Semua ini membuat saya berharap jangan terbangun lagi pada setiap malam ketika saya tertidur. Padahal menyadari bahwa tidak boleh hidup seperti itu. Tapi saya tak mampu mengatasinya. Dalam waktu beberapa bulan saya pernah tidak punya keinginan makan,setiap mau makan,saya ingin menangis. Namun harus terpaksa makan agar tidak sakit. Saya juga mengalami susah tidur,sepanjang malam bangun dengan perut yang perih, karena rasa cemas yang berlebihan. Hidup ini penuh dengan kegalauan. Keadaan ini sering berulang-ulang dalam hidup saya,adakalanya tidak kuat lagi menanggungnya. Sampai terkadang berpikiran untuk mati. Tetapi saya tidak boleh membiarkan diri saya tenggelam seperti itu. Kondisi saya ini tentunya berdampak kepada seisi keluarga saya, karena saya tidak punya semangat sekali untuk mengurus dapur dan lain-lainnya. Kalaupun saya melakukannya, itu saya lakukan dengan terpaksa dan tertekan. Perasaan ini membuat saya merasa setiap pergi keluar, saya takut pulang rumah. Perasaan cemas dan gelisah terus menghantui saya. Setiap mengalami kondisi seperti ini saya dengan sadar pergi konseling. Namun gejala pulih sebentar dan kembali terulang. Akhirnya anak saya via referensi temannya,menganjurkan sy konseling dan terapi “Sand Play” ditempat bu Mariana di daerah Pluit. Jujur saya mengiyakannya kepada anak saya dengan terpaksa karena daerah Pluit adalah daerah yang saya tidak sukai, karena sudah merasa nyaman konseling di tempat tinggal saya sebelumnya. Saya juga merasa tidak familiar dengan konselor yang direfer ini. Akhirnya dengan berat hati saya bertemu ibu Mariana. Benar dugaan saya, saya tidak begitu suka dan tidak nyaman konseling dengan ibu Mariana pada awalnya. Apalagi saat dianjurkan untuk terapi sandplay. Saya merasa berat sekali dan tidak menyukai ruang sandplay. Beberapa kali saya menangis, saat proses sandplay, dan saya tidak tahu mengapa … padahal hanya bermain. Namun saya bertekad untuk harus sembuh saya mencoba melawan perasaan saya. Dalam proses perjalanan konseling dan terapi akhirnya saya mulai merasa nyaman dengan ibu Mariana dan makin nyaman dengan sandplay therapy.Setelah kira-kira 10 sesi, saya mulai menemukan semangat hidup kembali. Puji Tuhan, sekarang saya bisa merasaka sukacita memenuhi hati dan jiwa saya. Saya dapat melakukan aktifitas sehari-hari saya dengan sukacita seperti menata rumah, merawat pohon-pohon dengan semangat yang jauh lebih tinggi dari biasanya. Saya mulai dapat merasakan gairah hidup kembali. Kalau dulu saya berharap cepat meninggalkan dunia ini, tetapi sekarang saya ingin hidup seribu tahun lagi. Thx so much to ibu Mariana yang begitu sabar, mensupport saya,hingga saya bisa seperti sekarang ini. Saya ingin membagi pengalaman saya, bahwa terapi dan konseling telah menolong saya melepaskan penderitaan dan kecemasan yang mengganggu fungsi hidup saya. -FR
“There is a time for everything, and a season for every activity under heaven…Eccl 3:1” It stated with one of the most unfortunate, frightening, senseless, sorrowful and painful event that happened years ago that left me completely shattered, lost, desperate and angry. However, it was only a year ago and by chance, during a conversation with a Christian friend that I came to PERHATI centre simply for the need to find out more about my personality by taking Personality Test. Nothing about counseling ever cross my mind at all! I came with my son and we both thought that we would simply take the test and got over with it. To our surprised, by the grace of God and God’s intervention, we were met by one of the brilliant counsellors and there began one of life most challenging, meaningful and enriching experience for both mother and son. Although I have lived for almost half a century, I’m still a stranger to myself….in fact, there is a lot of things about myself that requires lots of acceptance, understanding, adjusting, learning, practicing and eventually, being before I can be transformed and like a butterfly, becoming a better, healthier and happier complete person. There is a saying by Buddha : “You are what you think. What you think you become.” Through counseling, I became aware that my wrong perception and views of certain event or person will affect my feelings, which in turn will direct me to act in a way that will caused tension to my physical body. Hence, it is essential for me to pause and react with clear positive view to protect myself and keep the destructive force to spiral. Only then can I free myself from anger, hate, pride and despair. I’m also privileged to be introduced to “Sand-Play” and be benefited by it. The most obvious benefit is that it helps me to overcome my anxieties and I notice also that lately, I’ve managed to sleep well, learning to become more tolerant, capable of surrendering and letting go by not taking things too seriously and being a perfectionist! Although “Old habits die hard”, especially in many instances when I’m resorted to the old way of being tempted and be “sweet talked” by the red fallen angel with horns instead of following the wise advice from the white and pure angel on the right, by being aware of my thoughts and feelings, constantly practicing and implementing the technique I’ve learnt from counseling, I believe that some day, “where there’s the will, there’s the way”, a total transformation will take place, and with understanding, patience, perseverance, and the help, support and encouragement from the counsellor, I’m pretty sure that there’ll be more sunshine, accompanied by occasional rainbows, on my road to recovery and slowly but surely, I’ll reach the light at the end of the tunnel with faith, hope and songs in my heart. -Gracia
Sungguh bahagia saya mempunyai kesempatan untuk membagi pengalaman berharga saya selama di Perhati. Pertemuan dalam sesi konseling telah mengubah hidupku…masalah akan selalu ada… Namun dengan jiwa yang sehat dan damai sejahtera…saya tidak gentar menghadapi dilemma hidup ini. Bahkan bisa dikatakan bahwa hidup saya saat ini bukan saya yang dulu lagi. Saya telah berubah menjadi karakter baru yang jauh lebih baik dan bahagia. Saya menyadari bahwa kondisi saya seperti saat ini juga banyak terbantu karena therapy sandplay yang diberikan. Dimana saya mengalami pemulihan batin yang terluka (di masa lalu) dan pemulihan pencarian jati diri juga tujuan hidup yang sebenarnya. Hidup saya saat ini lebih terarah dan lebih bahagia. Saya menjadi pribadi yang menyenangkan, lebih bahagia dan penuh kasih. Last but not least.. salah satu hal yang paling saya syukuri adalah saya bisa menemukan Perhati dan bertemu kakak konseling saya. It’s really a big change and meaningful in my life. Saya berharap anda semua bisa merasakan pengalaman luar biasa seperti yang saya alami… “Keterbukaan adalah awal dari pemulihan, dan bertemu orang yang tepat adalah anugerah.” -JY
Pertama saya mengetahuinya ketika saya menginjak remaja, dan saya yang tadinya sangat supel di sekolah dan periang, suatu kali jadi berubah karakter, mudah depresi. Lalu ke psikiater dan dokter bilang saya kena bipolar disorder atau mood disorder, dan kalau saya browsing di internet ternyata harus minum obat untuk seumur hidup. Ada fase manic (senang berlebihan), fase depresi (sedih berlebihan) . Saya sulit untuk mengontrol mood atau perasaan saya. Setiap kali saya sharing dengan teman-teman, mereka tidak mengerti kondisi saya. Oleh sebab itu sejak saya terkena penyakit ini, saya jadi rendah diri (minder), apalagi kalau saya sudah manic, yang saya lakukan hanya marah-marah, emosi tidak terkontrol, saya mulai menyalahkan orang tua dan menjadi anak yang kurang ajar. Padahal kalau saya sedang stabil saya bukan anak yang seperti itu. Setelah bergelut dengan mood disorder untuk belasan tahun, sekarang kondisi saya meskipun mood terkadang masih up and down, saya tidak kecil hati, karena setelah 1 setengah tahun belakangan ini saya menjalani proses konseling dan terapi sandplay di Perhati. Saya jadi menemukan banyak jalan keluar… Kalau dulu saya tidak mau minum obat mood stabilizer, sekarang saya rajin, karena saya percaya kalo obat juga membantu proses kesembuhan. Sejak konseling saya jadi lebih bisa bersyukur akan kelebihan-kelebihan yang saya punya ditengah-tengah kekurangan yang saya miliki , dimana saya merasakan tidak sendiri, saya punya support system yang baik seperti Tuhan, keluarga, dan sahabat, juga Perhati. Selain itu sekarang saya makin peka kapan dan seperti apa gejala yang menyertai sebelum munculnya manic. Hal ini membuat saya lebih mampu mengontrol diri jika mood sedang swing. Saat ini saya merasa lebih mampu untuk relaks dalam menjalani hidup, meskipun masih terus harus belajar. Dari semua itu, saya makin menyadari bahwa saya berharga di mata Tuhan dan saya punya pengharapan, dan oleh karenanya saya lebih mampu untuk bergerak maju. Terima kasih Perhati Counseling & Care Center. -Abigail
Saya jadi bisa berani menerapkan boundaries dan tidak menjadi people pleaser lagi
Saya perempuan kelahiran 1996. Sebelum saya tau Perhati, saya sedang dalam masa yang benar-benar kelam dalam hidup saya.
Hubungan relasi saya dengan teman, keluarga, sangatlah buruk.
Proses saya didiagnosa PTSD dan akhirnya mengikuti sesi terapi brainspotting dengan Ibu Mariana Foo. Saya sangat enjoy menjalani terapi.
Saya bisa mencurahkan setiap yang ada dalam pikiran, perasaan dan hati saya.
Setelah proses konseling dan brainspotting selama 210 hari. Perlahan-lahan saya bisa tau apa saja permasalahan dalam diri saya, datangnya dari mana perasaan itu, dan juga yang terpenting bagaimana cara mengatasi dan berdamai dengan yang terjadi.Sekarang saya sudah dapat tidur nyenyak dengan kehidupan yang lebih nyaman.
Overcoming Anxiety: My Journey to Regain Well-Being
Pengalaman Mengikuti Workshop Counseling Practice Skill Series 2021
(Peserta CPSS 2021)Saya akhirnya dapat menjadi pribadi dengan pandangan yang lebih positif setelah berdamai dengan masa lalu saya
I developed inner peace and discovered my self worth through Sandplay Therapy
This therapy has taught me how to cope and deal with my issues and allow me to easily solve them in a calm manner. The changes in me are also noticeable by people around me, which includes my friends and family as they claimed that I have grown more mature and confident.Awal pertama saya datang dalam kondisi ngambang
I learn trust…through my journey in Sandplay Therapy
Sandplay therapy menolong saya dari gangguan tidur (parasomnia)
Help my OCD with Perhati
My Journey with Perhati
which year it was started.
tanya saya pada diri saya sendiri. Jawaban yang saya dapatkan selalu berbeda setiap kalinya,
tak jarang saya sendiri tidak mendapatkan dengan jelas apa jawabannya. Kalau judul film itu
bilangnya me and you vs the world, kalau saya the world, you, and everyone are against me.
mengetahui. Orang tua saya pun tidak pernah mengetahui perjuangan saya dari hari-ke-hari
dari menit-ke-menit menghadapi anxiety. Berbagai momen panic attacks pun sudah jadi
bagian dari hidup ini. Bagaimana rasanya ketika ditengah-tengah presentasi di depan klien
dunia serasa mengecil hingga bernafas pun rasanya sulit? Bagaimana rasanya kemacetan
jalanan yang dihadapi sehari hari bisa membuat diri ini gemetaran sampai ingin pergi
menghindar? Atau bagaimana beratnya melangkahkan kaki keluar rumah ketika ada acara
penting namun harus terpaksa cepat pulang karena rasanya tak aman?. Hanya satu kata
“Luar Biasa”. Luar biasa berat. Luar biasa putus asa. Luar biasa sulit untuk
diatasi sendiri
mencari informan perempuan muda dengan anxiety. Singkat cerita saya bertemu dengan Ibu
Mariana. Anxiety yang saya miliki membuat saya habis-habisan mencari informasi mengenai
Perhati dan Ibu Mariana sebelum akhirnya saya bertemu dengan beliau. Hati saya diliputi rasa
takut karena harus berhadapan dengan seseorang yang tidak saya kenal dan dengan metode
sandplay therapy yang saya sama sekali tak paham.
anxiety. Dengan papan tulis kecilnya, beliau menjelaskan dengan runtut bagaimana proses
anxiety itu berlangsung di otak kita, apa yang saya rasakan, untuk kali pertama dalam hidup
saya, dijelaskan secara ilmiah dan rasional. Pertama kalinya, saya merasa bahwa apa yang
saya rasakan ini nyata dan jelas asalnya. Lalu, beliau mulai menjelaskan apa yang membuat
ia ingin melakukan penelitiannya ini.
Ibu sehat akan mendidik anak-anak yang sehat. I want to give back to society”.
prosesnya, saya mau sehat, titik.
dengan ketakutan untuk sekedar menginjakan kaki keluar dari rumah. Ibu Mariana berpesan,
“awal-awal akan ada down sedikit, karena apa yang tertutup dan terpendam sedang berusaha
kita keluarkan” dan beliau tidak berbohong. Setiap pulang kerumah di awal-awal pertemuan
energi saya habis dan sakit kepala, rasanya tidak ingin bertemu manusia dan hanya mau
berbaring seharian saja. Namun dibalik itu, saya juga menyadari bahwa selalu ada hal baru
yang saya pelajari dari pertemuan ini. Hal baru tentang diri saya dan kondisi yang saya derita.
bentuknya. Saya mulai mengenal diri saya dan emosi-emosi saya. Memahami apa yang saya
rasakan dan bagaimana harusnya saya merespon. Otak dan hati saya mulai berkenalan lagi,
saling mengimbangi dan tidak mengintimidasi satu sama lain.
perjalanan mendaki gunung. Di awal, detak jantung dan otot yang biasanya hanya digunakan
untuk aktivitas ringan berusaha untuk mengikuti ritme yang sedang dijalankan. Ditengah
perjalanan, ada masa-masa stagnan dimana puncak gunung tak bisa dilihat dan ingin rasanya
menyerah saja dan mendirikan kemah untuk berhenti. Ibu Mariana sendiri bagai guide yang
selalu bilang “sedikit lagi”, “sudah mau sampai”, “lihat sudah jauh sekali kita melangkah”,
“coba lihat pemandangan kiri dan kanan, indah bukan?”. Perlahan tapi pasti, didampingi oleh
senyum dan pelukan Ibu Mariana yang tidak pernah berhenti. Sampailah kami di puncak
gunung dengan penuh syukur. Menikmati indahnya matahari terbit dengan perasaan lega dan
bangga akan kemampuan diri.
yang terkadang saya rasakan bukan lagi penghambat perkembangan diri.
Terima kasih tak terhingga saya ucapkan kepada Ibu Mariana dan Perhati.Saya tidak pernah berpikir sebelumnya akan sembuh dari gangguan kecemasan
Hidup adalah Teka Teki
It works for OCD (Obsessive Compulsive Disorder) and PTSD (Post Traumatic Stress Disorder)
Testimony
Struggling with Eating Disorder and Get Healed!
Berubah untuk Mengubah
Tumbuh Kembang Anakku Menjadi Sangat Baik
Help My Daughter from OCD
Overcome My Trauma & Anxiety
Kembali Merasakan Sukacita
It really works for my healing process
Aku lebih sehat & mampu menghadapi realita
Keterbukaan adalah awal pemulihan
Lebih mampu mengontrol diri